Selasa, 12 Agustus 2008

Siapa Chika Bandung ?


Siapa Chika?
Chika. Nama itu tentu tidak asing lagi di telinga sebagian peselancar dunia maya di Indonesia, khususnya yang tergabung dalam situs-situs pertemanan. Foto-foto bugil gadis itu beredar luas di internet sejak satu tahun terakhir. Sebenarnya, foto-foto ‘panas’ semacam itu bukan fenomena baru yang dilakoni gadis-gadis Indonesia di internet. Namun, wajah cantik, kulit putih mulus, usia yang tergolong belia, menjadi modal untuk Chika tampil dengan tebaran sensasi yang berbeda. Pose bugilnya dijamin membuat jantung kaum Adam yang melihatnya berdegub tak biasa. Berbagai “spekulasi” pun menyebar dari mulut ke mulut tentang siapa Chika dan bagaimana foto-fotonya itu bisa muncul di internet. Ada yang mengatakan itu ulah mantan pacarnya yang sakit hati lalu mengunduh foto-foto bugil Chika ke internet. Ada pula yang mengatakan bahwa Chika adalah mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Kembang dan ‘berprofesi’ sebagai wanita panggilan.
Hal itu pula yang membuat aku tertarik untuk melakukan investigasi mengenai siapa Chika sesungguhnya. Dengan modal pas-pasan ‘proyek sinting’ ini dimulai pertengahan September 2007. Suatu malam aku bertemu seorang kawan lama di sebuah THM yang terletak di kawasan jalan Darmawangsa. Erwin namanya. Dia bisa dikatakan ‘dugemmers stadium akut’. Menurut pengakuannya, tak ada malam tanpa wanita! Kupikir dia orang yang tepat untuk membantuku memulai investigasi ini. Saat kuutaran rencana ini, ia menyambutnya dengan antusias. Rupanya dia termasuk salah satu ‘korban’ teror sensasi foto-foto syur gadis bernama Chika. Bahkan, Erwin rela menjual komputer tua miliknya demi mendanai proyek kami. (Thank’s kawan, aku tahu obsesimu bertemu Chika. Huehehe)

Pukul 07.15. Jakarta mulai bising oleh suara kendaraan yang terperangkap macet. Raung knalpot dan jeritan klakson dari jalan Pangeran Antasari, kawasan Cilandak, menyusup masuk ke dalam kamarku. Membangunkan aku dari sisa-sisa kepenatan hari kemarin. Beberapa menit kemudian, Handphone yang tergeletak di samping kiri bantalku, berdering menusuk telinga. Suara Erwin, sahabatku, terdengar di seberang sana:
“Halo, ada info mengenai Chika, bos,” katanya.
“Oya? Kamu dapat dari mana, Win? Tanyaku.
“Ada deh. Aku ke tempatmu ya. Jangan kemana-mana dulu, oke?”
“Oke. Cepetan Win, aku sudah tidak sabar mendengarnya.”
“Sip sip!”
Tak lama berselang, Erwin muncul dari balik pintu kamarku (raut wajahnya menyiratkan suasana hati yang riang). Tanpa tunggu dipersilakan ia langsung menyeduh secangkir kopi yang baru saja kuletakkan di atas meja.
“Kita harus berangkat ke Bandung hari ini, sob,” ucap Erwin sembari membakar ujung kretek yang terselip di bibirnya.
“Kamu yakin dia orang Bandung?” tanyaku penasaran.
“Bagamana tidak yakin, baru saja aku ngobrol dengan dia lewat telpon.”
“Dapat dari mana nomornya?”
“Dari salah satu anak Makassar yang kebetulan kuliah di Bandung. Kawan lama juga. Sekarang dia lagi pulang ke Makassar. Pokoknya kamu juga harus bicara dengan dia. Ternyata namanya bukan Chika. Tapi…..” Erwin menyebut sebuah nama. Demi menjaga kode etik, di sini saya tetap menggunkan nama: Chika.
Erwin kemudian memencet tombol HP-nya untuk menghubungi Chika. Dia sengaja menggunaka loudspeaker untuk memperdengarkan suara gadis itu.
“Halo Chika, aku Erwin yang tadi nelpon kamu, ” sapa Erwin.
“Hai Erwin, ada apa?” suara lembut seorang gadis terdengar jelas dari speaker HP milik Erwin. Tiba-tiba debar yang aneh menyerang jantungku. Sementara Erwin tetap terlihat santai sambil sesekali mengedipkan mata ke arahku.
“Kamu lagi ngapain?”
“Nggak ngapa-ngapain kok. Masih di kamar nih, lagi males.”
“Hari ini kamu ada acara nggak? Aku dan temanku mau ke Bandung hari ini. Pengennya sih di sana kita ditemani Chika jalan-jalan.”
“Oh gitu. Boleh kok. Tapi sekarang kamu masih di Jakarta kan?”
“Iya, aku masih di Jakarta. Berangkatnya sekitar jam sebelas.”
“Oke deh. Aku tunggu ya. Telpon aja kalo udah nyampe…”
“Siap. Thanks. Sampai jumpa di Bandung, Chika. Bye…” Erwin menutup perbincangan jarak jauh itu dengan senyum khasnya (senyum kucing melongok tulang).

Kota Bandung sejuk namun sesak. Saban Sabtu dan Minggu, Bandung seolah-olah menjadi tujuan akhir para warga Jakarta untuk melepas penat setelah lima hari bertarung dengan berbagai rutinitas yang membosankan. Aku dan Erwin tiba sekitat pukul 03.05. Kami memilih beristirahat pada sebuah penginapan di jalan Sangkuriang.
Tanpa menunggu persetujuan saya terlebih dahulu, Erwin langsung menghubungi Chika lewat ponsel-nya. Beruntung ia tidak pelit membagi suara gadis itu dengan menggunakan speaker ponsel.
“Halo, Chika, aku udah di Bandung sekarang,” sapa Erwin.
“Terus kamu di mana sekarang?” suara Chika terdengar dari seberang.
“Aku lagi istirahat di penginapan….jalan Sangkuriang. Kamu bisa ke sini nggak?”
“Boleh. Tunggu dua puluh menit, ya.”
“Makasih, Chika. Bye…”
“Bye…”
Kebahagiaan yang ganjil terpancar dari mata Erwin usai menelpon Chika. Ia langsung masuk ke kamar mandi. Aku memilih melentangkan tubuhku di atas kasur yang lumayan empuk. Mengusir lelah.

Tiga puluh menit kemudian, dari luar terdengar seseorang mengetuk pintu kamar. Erwin lebih dulu melompat dari tempat tidur dan segera membuka pintu. Wow….! Seraut wajah cantik muncul dari balik pintu. Wajah yang sangat akrab di mataku meski baru kali ini bertemu. Ya, dialah Chika. Sosok gadis yang mengganggu pikiranku beberapa hari terakhir. Kini ia nyata hadir di hadapanku. Mengenakan Tshirt ketat berwarna putih berpadu rok mini biru muda. Di pundaknya menggelantung sebuah tas kulit (sekilas imitasi) berukuran sedang. Kususuri tabuhnya dari kaki hingga kepala; kulitnya kuning langsat –mulus nyaris tanpa cacat, pahanya terlihat padat berisi, dada montok –membusung kencang seolah ingin menembus kaos yang menutupinya (kuduga, ukuran BH-nya tak jauh di bawah size XL), rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai.

Chika membagi senyumnya yang manis kepada kami seraya berkata, “Hai, selamat datang di Bandung.” Ia mengulurkan tangannya ke Erwin lantas pindah ke aku. Kurasakan jejarinya sangat halus dan dingin. (dingin itu menjalari tubuhku). Tetapi aku berusaha melawan kegagauan-ku. Di sini aku harus berlaku profesional dan konsisten dengan janjiku pada Erwin. Aku hanya bertugas menguak sisi hidup gadis itu dan Erwin yang berperan sebagai “umpan” (lebih tepatnya disebut: kucing garong).
Karena di kamar itu tak disiapkan kursi, Chika memilih duduk di bibir ranjang.
“Udah sering ke Bandung?” Tanya gadis itu.
“Lumayan. Kalo ada urusan bisnis….” Jawab Erwin. (Mantap!!! Bisnis apa, sob? Bisnis minyak tanah Bapakmu di kampung?)
Demikianlah pertemuan kami dengan Chika sore itu. Perkenalan yang singkat untuk mengawali keinginanku menguak fakta di balik wajahnya yang teduh. Saat itulah kuungkapkan keinginanku menulis: Siapa Chika? Dan mengapa foto-foto bugilnya bisa beredar di internet? Gadis itu tak keberatan. Ia bersedia mengungkap jati dirinya yang sebenarnya. Sebelum meninggalkan kamar penginapan, Chika berjanji akan menemui kami di Ciwalk nanti malam. Selepas Isya, katanya.

Malam Minggu, Ciwalk ramai pengunjung yang ingin menikmati suasana indah, dan sajian menu dari beragam kafe yang memadati kawasan itu. Aku dan Erwin memilih duduk di sebuah kafe yang tak begitu sesak. Menunggu Chika datang. Beberapa lama kemudian, Chika telah bergabung bersama kami.

Berikut nukilan dialog antara aku dan Chika:

AKU : Kamu kuliah di mana?
CHIKA : Sebenarnya tahun 2005 kemaren aku mau kuliah, tapi tertunda
karena satu hal… (ia membakar ujung kreteknya)
AKU : Terus apa kegiatan kamu sehar-hari?
CHIKA : Nggak ada. Paling di rumah aja. Keluar kalo ada ‘tamu’…..
AKU : Kok, foto kamu bisa beredar di internet? Ulah siapa?
CHIKA : (Chika tak langsung menjawab. Ia menghisap rokoknya lantas
menghembuskan asapnya disertai hembusan nafas yang berat)
Itu ulah salah satu tamuku. Padahal kami sudah cukup lama
berhubungan. Sejak foto-foto itu beredar, ia tidak pernah datang
lagi. Laki-laki itu sudah punya istri di sini (Bandung).
AKU : Mungkin kalian ada masalah?
CHIKA : Iya sih. Mugkin dia marah karena aku tidak mau lagi menuruti
setiap dia ingin ketemu. Aku jenuh sama dia. Lagian aku takut
istrinya tahu hubungan kami.
AKU : Orang tuamu tahu soal foto-foto itu?
CHIKA : Iya. Tapi mereka nggak pernah liat. Mereka nggak mau. Mereka
mendengar tentang foto itu dari tetangga. Ibuku sempat sakit
mendengar kabar itu. Tapi mereka sudah melupakan masalah ini.
AKU : Kenapa tidak lapor polisi?
CHIKA : (ia tersenyum) Gila! Melapor berarti mempermalukan diri
sendiri. Biarlah, nanti akan reda sendiri kok. Itu jadi pelajaran
buat aku supaya nggak gampang percaya sama orang.
AKU : Bagaimana tanggapan teman-temanmu yang pernah liat foto-foto
itu?
CHIKA : Sejauh ini nggak ada teman cowok aku yang berani menyinggung
foto itu, kecuali teman-teman cewekku. Mereka marah sama aku.
Kasihan juga sama aku. Cuman, kalo cowok sih, paling mata
mereka aja yang bicara. Kalo liat aku matanya melotot seperti liat
selebritis lewat gitu. (ia tertawa renyah, seperti tak ada beban di
benaknya)
AKU : Kesannya kamu gampang percaya sama orang. Termasuk
sama kami. Kenapa?
CHIKA : (lagi-lagi ia tersenyum) Tampang kalian nggak kriminal kok.
Tapi, kamu nggak bawa kamera, kan?! (sambil menudingkan
telunjuknya ke arahku). Mendingan rekam pake mata aja. Mau?

Gurauan terkahirnya itu cukup membuat aku gelagapan. (Aduuuh, cari bahan becanda yang lain dong, Chik. Migran gue kambuh nih). Chika, sosok gadis yang ramah, periang dan cukup cerdas. Dia adalah narasumber yang mungkin tak akan pernah aku lupakan hingga ke gerbang surga. Malam itu kami bersama-sama berselimutkan dingin malam Kota Kembang. Ditemani tiga botol bir dan semangkuk kentang goreng.

Kelanjutan kisah pertemuan kami dengan Chika tak bisa aku lanjutkan lagi. (maafkan daku ya, pembaca…aku punya nomor HP-nya dia kok. Tapi, ceppe’ dulu...Bagi cewek yang mau kenalan sama Erwin, boleh kirim email. Dia cukup loyal kok buat ngejual barang-barangnya yang belum lunas credit sekali pun, demi kencan semalam. huakakaka) Tugasku telah selesai di larut malam. Selanjutnya giliran Erwin menemani gadis Bandung itu menunggu pagi, di satu tempat yang dingin. RAHASIA!

Sumber : http://matapisau.blogspot.com/2007/11/siapa-chika.html?showComment=1210244880000

Bandung Undercover

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Panti Pijat Plus di Bandung

Pengen merasakan amoynya goyangan mojang bandung, yang putih molek dan bahenol, kunjungi aja beberapa tempat favorit di bandung
1.ValentineAlamat : Jl.Sudirman, dekat perempatan Jatmika, tarif kamar: 60-75, rekomen:Ranti,sansan,ratih,yuli, atau pilih aj diakuariumnya lgsg, HJ:50an, BJ:100an, FJ:negotiable, min 150, bahkan bisa gratis (speak2)
2.Be ONE,Jl.Sukarno Hatta, dekat terminal leuwipanjang, tarif kamar: 75 (promo)rekomen: dea, yuli, HJ,BJ & FJ (IDEM)
3.OZONE,Jl.Abdurrahman Saleh, dekat perempatan Bank BNP, tarif kamar: 110 rekomen: cindy,widya,tia, diana, HJ,BJ & FJ (IDEM)
4.SPA THERAPY,Jl.OTISTA, ujung, dekat pasar astana anyar, tarif kamar: 75rekomen: Yanti, Yeni, Mega, HJ,BJ, FJ (IDEM)
5.PP Garuda,Jl.Rajawali timur (garuda), dekat perempatan abdurrahman saleh, tarif:50rekomen: pilih aja fotonya lgsg, HJ,BJ,FJ (IDEM)
6.PP Mekar,Jl.Rajawali timur, dekat perempatan abdurrahamn saleh, sblm DADALI, tarif:50rekomenilih di foto aj, HJ,BJ,FJ(IDEM)
7.PP JARIMA,Jl.Dalem kaum, dekat restoran Queen, tarif:50rekomen: pilih aj lgsg di akuariumnya, HJ,BJ,FJ (IDEM)
8.PP ALOHA,Jl.OTISTA, dekat pasar baru, tarif: 175 (PITSU, Pijat bisa pakai SUSU, all in ++, rekomen: ada akuariumnya
9.PP PRAMESWARI,JL. Astana Anyar, dekat cibadak, tarif: 70rekomen:ada akuariumnya, HJ,BJ,FJ(IDEM no.1)
10.PP CITRA,Tetangga prameswari (idem), tarif: 50rekomen:ada akuariumnya, HJ,BJ,FJ(IDEM)
11.PP Aquatic,Gedung ABG, Jl.Pelajar pejuang, sebelah PISET MALL, tarif: 75, rekomen: Sarah, Lusi, Vina, Gita, Imsye, HJ,BJ,FJ(IDEM)
12.PP Melati,Jl.Setiabudi, sebelah apartemen setiabudi, tarif: 50rekomen: pilih aj fotonya lgsg, HJ:BJ:FL (IDEM)
13.PP My PalaceJl.Banceuy, gedung bekas MAtahari Banceuy Lt 4, tarif: min kamar mulai dari 150 (all in ++), rekomen: Mega
14.PP 99Jl.Sudirman, seberang Planet 2010, tarif: 50, rekomenilh aja foto lgsg
15.Cibadak Spa,Jl.Cibadak, dekat Budi Agung motor, tarif:50, rekomen:mega, atau pilih lgsg aj dr foto, tarif HJ,BJ,FJ (IDEM)
16.Bandung Sauna,Tetangganya Cibadak Spa (all idem)
17.The DELTA,didlm Pasir Kaliki HYPERSQUARE, tarif paket:mulai dari 150rb (tidak termasuk ++), ++ hrs nego didlm.
18.The COZY,didlm komplek setrasari mall, tarif (sama spt di Delta)
KESIMPULAN dr Panti pijat ++: harga utk BJ,HJ, maupun FJ itu pada umumnya sebenarnya negotiable,bhkn bisa gratis kalau kalian jago speak2/mrk suka/naksir ke kalian, apalagi klo mjd langganan dsana.

Favorit Dugem dan Karaoke Bandung

1.AMAREJl.Sumatera, perempatan jl.veteran, Open Bottle dsini paling murah di bdg, 550rb before 00.00 pm (2 Black lable) masuk gratis klo dah kenal org dalemnya komunitas:abg menangah keatas bdg, musik:techno,r & B
2.AMNESIAGedung PAskal Hyper square, komunitas:abg middle up, mayoritas sekeals diatas amare, OB:mulai dari 475rb an/smirnoff a bottle
3.Studio East & TropicanaJl.Cihamplas, premier plaza, techno, r&B .live music
4.FAME STATION.Jl.Sersan Bajuri, dkt terminal ledeng, r & b & livemusic
5.PLANET 2010 & PARAMOUNT KARAOKEDisini hari tertentu ada STRIP.....Jl.Sudirman, disini paling gampang dapat cewknya, krn pengunjung wanitanya mayoritas pekerja karaoke, panti pijat, bispak2, tapi Open bottlenya paling mahal di bdg (350 cm dpt 1 pitcher illusion), paramount karaoke cewe2nya PATEN!!
6.SIRKUITGardu jati, seberang Saritem, (suasana sama spt planet 2010)
7.CAESARS PALACEJl.Braga, perempatannya ke jl.tamblong (suasana sama spt Planet 2010)
8.KYOOKIJl.Braga, dekat apotik kimia farma, (kumpulan komunitas anak2 musik undergroundnya bdg, kebanyakan model musiknya hiphop)
9.HENDONgedung Braga citiwalk, suasana mirip spt amare
10.ROPPONGI PAPA (BEST KARAOKE PLACES IN BDG)Cewek2nya high class, di Jl.DAGO ,gedung BPR KS,dekat cafe OLALA,
11.B CLUB PUB & KARAOKEDaerah KOSAMBI, lumayanlah...
12.EDEN CLUB,Jl.Sunda, lumayanlah..., menurut info ada strip......
13.ARDEN PUB & KARAOKEJl.Sukajadi (dekat apartemen setiabudi) disini byk om2 n TG2 klo malam sabtu & minggu, dan info: ada strip.............Friends..... masih byk tempat2 lainnya, tp keburu letih nih.......
INFO: Pada intinya tempat2 clubbers or karaoke ini, jam bubaran byk sekali cewek2 bispaknya beserta GM2nya, begitu juga kalau didalamnya yg penting kalian bisa control uang, jgn sampai keluar uang tp ga dapet apa2, TO THE POINT AJ!!, pintar speak2 & penampilan menarik.. PASTI KEMUNGKINAN DAPET....., LET's TRY IT & GOODLUCK Diposting oleh BANDUNG HOT di 18:57 0 komentar Bandung Seks Secret Places: 1.Saritem (sudah tutup)Jl.Saritem, gang ke2, tarif: min mulai dari 100rb blm tmsk kamar loh, dahulu msh ada pagoda(paket goban menggoda), rekomenilih aja sendiri akuarium berjalannya.
2.Jl. Pasteur 27A, 100 & 186 (malam hari)Tips: Mampir ksana, namun santai aj jgn celingak celinguk.. tarif booking:min 150/jam
3.Jl.Bahureksasblm ke Jonas, malam hari ada mobil ambulans, tarif booking: min 150rb/jam
4.Jl.Braga, alkateri, abc, dalem kaum, otista, jl.dekat stasiun malam hari byk, min mulai dari 100rb (take out)
5.Klo ga salah Jl.Dr.Room Royen No.5 (di dekat hotel imperium, g lupa pasti nama jlnnya, klo siang rumah itu dipake tempat seafood, klo malam ada prostitusinya)
5.Arden Pub & Karaoketarif:min 150rb/3 jam ,ada akuariumnya
6.CITRA,Jl.Cibadak (yg sebelum pasar malemnya), ada akuariumnya, tarif mulai dari 150/jam
7.Jl.Budi Luhur (daerah setiabudi, lupa nomornya, ini prostitusi tmpt anak SMA & mahasiswi)
8.Jl.Babakan Jeruk (kos2an dekat maranatha, lupa nomornya, prostitusinya mahasiswi)
9.Jl.Dursasana (dekat daerah blk BPK Pasir kaliki)
INFO: Kalau mau tahu lbh byk, malam2 kalian ke Jl.Tamblong (yg di perempatan lampu merah asia afrikanya), disana diatas jam 8 pasti ada bapak2 tua berdiri di pinggir jln (Makelar sex) bawa aj utk tour sex secret places di bdg, plg kasih uang tips 30rb dah senang kok si bapaknya )

Service Hebat Pijat Plus Otista Bandung (gak nyesel !)

Sinopsis: Sudah bukan rahasia lagi bahwa di panti pijat tradisional kita tidak hanya dipijat, tapi lebih dari itu. Untuk pijat plus plus, sebaiknya dipilih wanita yang berdada besar. Mengapa demikian? Mari simak alasannya.
Hallo pembaca! Aku bukan ingin menyaingi Mas Boedoet, Si Peliput Pijat yang telah malang melintang di dunia perpijatan itu. Dia memang "profesional", sedangkan Aku cuma peselingkuh amatiran yang ingin pelayanan seks selain di rumah. Aku juga bukan orang kaya seperti Mas Boed yang dengan mudah mengeluarkan ratusan dollar untuk pelayanan pijat komplet. Aku hanya punya lembaran "Sokarno Hatta", bukan George Washington! Tapi massage service yang Aku dapatkan tadi malam (fresh from the oven, you know) benar-benar memuaskan sehingga Aku perlu share kepada Anda. Tepatnya pelayanan "pijat plus plus" empat babak yang rada unik.
Awalnya, informasi minim yang kudapatkan dari seorang kawan yang tinggal di Jakarta tentang massage service (lebih tepat dibilang sex service, sebetulnya) di suatu tempat di Bandung (busyet, dia yang tinggal di Jakarta malah lebih tahu dariku, dasar aku masih hijau!)"Namanya 'ANU Message', di jalan Otista, berseberangan dengan Pasar Baru, tarifnya seratusan sejam," katanya."Bagus engga cewenya?" tanyaku."Loe tahu kan selera gue? Pokoknya engga nyesel."
Dengan agak ragu (masa sih seratusan cewenya yahut?) akhirnya aku meluncur juga ke sana. Tak sulit menemukan tempat ini. Hanya jangan ke sana siang atau sore, macetnya minta ampun. Waktu yang ideal sekitar jam 7 malam, lalu lintas sudah lancar dan belum banyak pelanggan lain sehingga kita leluasa memilih "pemijat". Dari depan tempat ini memang tak menyolok, hanya pintu kaca yang terbuka sebelah. Dengan style yakin --sembari deg-degan-- aku langsung masuk, juga supaya tak sempat ada yang mengenaliku di pinggir jalan raya ini.
Di ruangan yang remang itu ada satu stel sofa yang diduduki 4-5 cewek yang berpakaian serba minim. Sejenak aku menyapu pandangan, setengah bingung. Tapi hanya beberapa detik. Salah satu dari mereka langsung bangkit dari duduknya begitu melihatku."Mau pijat Mas, Ayo..!"Putih, berwajah mandarin, tingginya sedang, "massa depan" (double "s" lho, istilahku untuk buah dada) besar dengan belahan yang terbuka jelas, "massa belakang" yang menonjol ke belakang, rok supermini memamerkan sepasang paha putihnya yang juga... besar. Hasil evaluasiku: cewek ini serba menonjol dan serba besar."Ayo Mas, lihat-lihat ke belakang," ajaknya lagi ketika aku masih terpaku.Digandengnya tanganku, dibawa melalui pintu kaca lagi di belakang ruangan itu.
Kami melewati lorong lumayan panjang yang di kanan-kirinya terdapat pintu-pintu kamar terus ke belakang. Pantat besarnya megal-megol seirama langkah kakinya. Sampai di ujung lorong, dia berhenti di depan jendela kaca nako."Silakan pilih," katanya sambil menutup kaca nako itu.Rupanya jendela ini tempat mengintip ke ruangan besar di baliknya. Kaca nako yang dilapisi "glass film" gelap memungkinkan Aku melihat bebas ke ruangan besar itu tanpa dilihat penghuninya.
Wow! Temanku tak berbohong. Di ruangan besar itu banyak berisi sofa dan di atasnya "tergeletak" belasan "ayam" yang sungguh membuatku menelan ludah beberapa kali. Kebanyakan mereka duduk-duduk sambil nonton TV. Ada yang lagi ngobrol, ada yang berdiri di depan cermin mematut dandanannya. Umumnya, model pakaian yang dikenakannya minim terbuka di dada dan paha. Bahkan cewek yang persis lurus pandanganku duduk acuh celana dalam putihnya "kemana-mana". Hanya beberapa saat di situ mataku sudah menebar ke seluruh ruangan. Hasilnya, bingung! Semuanya menggiurkan.
"Yang mana, Mas?" tanya pengawalku Si Serba Besar ini."Entar deh...""Si Anu pijitnya enak, Si Itu servicenya jago, Si Ini mainnya yahut..." katanya berpromosi.Aku tak begitu mendengar ocehannya, lagi asyik meneliti satu persatu cewek-cewek itu buat menetapkan pilihan tubuh yang pas dengan idolaku. Pijit, service, main?"Servicenya apa aja?" akhirnya aku nanya ke Si Besar, tapi mataku masih ke ruangan."Apa aja, terserah Mas aja. Di dalam nanti baru tahu," katanya sok berteka-teki.Pakaian yang mereka kenakan, terbuka dada dan paha, membantuku untuk lebih cepat menentukan pilihan.
Akhirnya aku menetapkan 3 orang terbaik untuk di observasi lebih teliti. Yang bergaun coklat tua itu... hmmm... Wajahnya cantik, kulit bersih, paha mulus. Sayangnya, buah dadanya tak begitu "menjanjikan". Bukannya kecil sih, masih punya belahan. Hanya Aku ingat pesan kawanku tadi."Pilih yang berdada besar," katanya."Kenapa?""Gak usah banyak tanya, cobain aja."Untungnya, seleraku memang dada yang berisi. Yang bargaun hitam lebih seksi, body-nya menggitar, face-nya biasa-biasa aja. Dadanya? Hanya dia satu-satunya yang pake gaun menutupi dada tapi membuka kedua bahunya. Cukup menonjol bulat, tapi jangan-jangan itu hanya model bra-nya. Bagiku, indikasi dada montok adalah punya "belahan" atau tidak. Si gaun hitam ini belahannya tertutup.
Yang ketiga, bergaun crem berbunga kecil, agaknya yang paling ideal. Tubuh lumayan tinggi, pinggang ramping paha bersih panjang, dadanya... wow! Dengan gaun model "kemben" (menutup separoh dada horisontal), buah dadanya seakan "tumpah". Nilai plusnya lagi: berambut panjang lurus sepinggang. Tapi aku tak segera menyebut nomornya untuk dipesan. Aku masih menebar pandangan lagi, jangan-jangan ada yang lebih bagus terlewat dari penelitianku.
"Sama saya aja Mas, nanti 'dibody' sebelum main, mau karaoke juga boleh," kata pengawalku tiba-tiba. Aku jadi tertarik sama omongannya."Dibody?""Iya, body massage."Body massage, karaoke, dan "main". Ehemmm..!"Terus?""Pokoknya Mas ditanggung puas."Iya puas, tapi "You aren't my type" kataku, dalam hati tentu saja. Kamu mustinya "menjalankan diet ketat" supaya pinggangmu berbentuk."Kalo mereka service-nya sama nggak?" tanyaku."Tergantung orangnya sih Mas."
Aku sejenak ragu. Sama dia macam pelayanannya sudah jelas, tapi tubuhnya tak masuk seleraku. Pilih Si "Dada tumpah" pas dengan selera, tapi bentuk pelayanannya belum jelas. Aku kembali menebar pandangan. Rasanya aku tak menemukan "calon" lain sebaik Si Dada montok. Tapi aku mendapatkan informasi lain. Di pojok agak atas tertempel karton di dinding dengan tulisan: "Mulai 1 Juli Rp. 150.000 sejam"."Pilih yang di dalam juga silakan, gak pa-pa," katanya, kudengar ada sedikit nada kecewanya."Kok gak ada tamu lain, sih?" tanyaku sekedar menetralkan."Baru jam 7 masih sepi, entar malem rame," jelasnya.
Tak ada pesaing begini memberiku keleluasaan untuk berpikir sebelum memutuskan. Anda jangan coba menimbang-nimbang begini kalau lagi ramai, bisa-bisa pilihan Anda disambar tamu lain.Akhirnya keputusanku bulat, pilih Si Kemben. Keputusan yang agak spekulatif sebenarnya. Tak apalah, ini kan kedatangan pertama, hitung-hitung "belajar". Kusebutkan nomornya pada si Besar ini.
"Yeeen, tamu," teriaknya.Si Rambut panjang bangkit dan menuju pintu. Ehem, aku tak salah pilih. Secara keseluruhan bentuk badannya oke. Cara jalannya mirip peragawati di catwalk, sehingga sepasang buahnya berguncang berirama."Yeni," katanya begitu dia muncul di pintu menyodorkan tangan.Aku tambah yakin, dadanya benar-benar "menjanjikan". Yeni membimbingku menuju lorong. Tanganku langsung merangkul bahunya, bak sepasang pengantin yang menuju kamar bulan madu.
Begitu Yeni menutup pintu kamar dan menguncinya, Aku menyerbu memeluknya. Mulutku langsung menuju belahan buah dadanya. Menciumi dan menggigit pelan."Eh... bentar dong Mas," elaknya ramah.Aku tak peduli. Kupelorotkan kemben dan branya, bulatan buah dada kanannya langsung muncul. Bulat indah, tak ada tanda-tanda turun walaupun sudah tentu sering dijamah orang. Kuteruskan ciumanku di dadanya, sampai kemudian aku "menyusu"."Mas ini gak sabaran ya?"Tak ada nada marah, masih ramah. Pelukan kuperkuat, tangan kiriku turun meremas pantatnya.
"Sabar ya Mas..." katanya melepas pelukan. Aku melepas tubuhnya."Pijit dulu aja," sambungnya."Udah itu?""Mas maunya apa?" tantangnya."Maunya service yang memuaskan.""Yang memuaskan yang gimana?""Body massage, karaoke, dan main," serangku, meniru servis Si Besar tadi."Boleh. Buka baju dulu dong," perintahnya."Bukain," Aku balik memerintah."Hi... manja," tapi tangannya bergerak membuka kancing kemejaku, lalu singletku, kemudian ikat pinggangku."Ih, udah keras," katanya menggenggam penisku dari luar sebelum memelorotkan celanaku. Yeni berhenti ketika tinggal celana dalamku saja.
"Buka semua dong..!" pintaku."Nggak ah, takut. Hi hi... Udah, mas tiduran deh, entar Yeni pijat dulu."Aku merebahkan tubuhku ke kasur, telentang. Tanpa malu-malu Yeni melepas gaun dan kemudian bra-nya. Buah dadanya memang bulat dan besar. Mungkin terlalu besar untuk ukuran tubuhnya yang tinggi dan langsing. Aku mengamati dadanya sambil tegang. Buah dada kanannya nyaris sempurna, bulat, besar, dengan puting coklat yang kecil. Tapi tak simetris, buah kirinya agak turun, tak bulat benar. Lalu menyambar handuk dan ke kamar mandi."Yeni mandi dulu ya Mas..!""Ya, cepet ya..!"
Keluar dari kamar mandi Yeni berbalut handuk. Yeni membuang handuknya, hanya bercelana dalam."Telungkup dong Mas..!"Aku membalikkan tubuhku. Yeni menduduki pantatku. Penisku yang tegang terjepit, mengulas minyak ke punggungku, lalu mulai mengurut. Cara mengurutnya kurang menekan, tidak seenak pemijat profesional tentu saja."Kamu dari mana Yen?""Cirebon, Mas."Selesai di pinggang dan punggungku, Yeni lalu melepas celana dalamku sambil bilang maaf. Sopan sekali. Aku berbalik. Pandangan Yeni sekilas mengarah ke penisku yang mengacung tegang."Hi hi... udah tegang.""Kamu lepas juga dong..!""Okey," dengan tenang Yeni melepas satu-satunya kain penutup tubuhnya itu. Bulu kemaluan lebatnya menutupi seluruh permukaan kewanitaannya."Balik lagi, dong..!"
Pantatku dipijat, lalu pahaku. Diurut dari belakang lutut ke atas. Sampai di pangkal pahaku, entah sengaja atau tidak, jempol tangannya menyentuh-nyentuh bijiku."Punggungnya lagi dong Yen..!"Yeni menduduki pantatku lagi, bulu-bulu kelaminnya terasa sekali mengelusi pantatku. Memang inilah maksudku dengan meminta pijat di punggung."Katanya body massage..." tagihku."Entar dong Mas."
"Dah, sekarang telentang."Yeni menumpahkan minyak ke dada, perut, dan penisku. Lalu... hup! Dia "berselancar" di atas tubuhku. "Sreeng". Aku bergidik, gemetar karena nikmat. Kedua buah dadanya diusap-usapkan (dengan tekanan) ke dadaku. Lalu turun ke perutku. Ini sih bukan body massage, tepatnya "breast massage". Buah dadanya yang mengkilat berlumuran minyak sering menggelincir di tubuhku. Tiga kali berurutan dada dan perutku "dipijat" buah dadanya, lalu... inilah yang membuatku berdesir kencang. Yeni menumpahkan minyak di telapak tangannya lalu mengoleskan di kedua buah dadanya. Buah itu makin mengkilat, dan putingnya tegang! Lalu, bergantian kiri kanan, buah dadanya memijati kelaminku, mak! Tak itu saja. Diletakkannya batang penisku di belahan dadanya, lalu di"uyek". Yeni menggoyang tubuh atasnya bak penari salsa.
Inilah sebabnya mengapa kawanku menyarankan agar aku memilih yang berdada besar. Sepasang daging kenyal memijati penisku, rasanya bagai terbang. Terbayang kan, kalau dada model "papan setrikaan", bukannya nikmat malah pegel. Aku harus sekuat tenaga manahan diri untuk tidak ejakulasi. Apalagi nampaknya Yeni mengkonsentrasikan tekanan dadanya ke penisku. Untung saja baru kemarin aku "keluar". Kalau tidak, mungkin aku sudah menyiram maniku ke dada Yeni. Kadang aku menghentikan gerakan liarnya, sekedar mengambil nafas panjang. Lalu memerintahkan menggoyang lagi ketika aku sejenak "turun tensi".
"Mau keluar ya?" komentarnya.Yeni menuruti komandoku. Oohh... cukuplah stimulasi ini, supaya aku bisa menikmati "service" Yeni lainnya. Aku berhasil menahan diri. Yeni bangkit."Yuk, cuci dulu Mas," Yeni menghilangkan minyak di dada, perut dan penisku dengan sabun. Lalu dia membersihkan tubuhnya sendiri. Ini memberiku kesempatan untuk mengerem nafsuku yang tadi hampir meledak. Aku menurut saja ketika Yeni megelap tubuhku dengan handuk, lalu merebahkan tubuhku telentang. Mulailah servis ketiga.
Diciuminya perutku, terus turun ke pahaku, kanan dan kiri sampai ke dengkul. Naik lagi menciumi kedua bijiku, bahkan mengemotnya, satu persatu bergiliran bijiku masuk ke mulutnya. Giliran lidahnya menjilati batang penisku, dari pangkal ke ujung. Di sini dia memasukkan "kepala" penisku ke mulutnya. Hanya sebentar, dilepas lagi dan mulai menjilati dari pangkalnya lagi. Begitulah berulang-ulang sampai akhirnya dia melakukan blow job seperti adegan oral sex di film biru. Kembali Aku harus "berjuang" untuk tidak meledak. Lagi-lagi aku harus menyetopnya ketika kurasakan aku hampir muncrat.
Bagian keempat dimulai."Pake kondom ya Mas..!"Maksudku juga begitu. Aku tak mau ambil resiko bermain seks dengan perempuan sewaan begini tanpa pengaman."Tolong ambilin di saku celanaku..!""Saya bawa kok Mas."Dengan terampil dia memasangkan kondom di penisku. Berpengalaman dia rupanya."Mas termasuk kuat, lho..!"Ah, ini sih basa-basi standar seorang profesional."Ah, bisa aja kamu.""Bener lho, biasanya baru dibody aja udah keluar."
Aku mencegah Yeni yang mulai menaiki tubuhku. Aku kurang suka dengan posisi di bawah. Membatasi gerakanku. Yeni telentang dan membuka kakinya lebar-lebar. Sambil mengulumi putingnya, aku masuk. Belum sempat aku menggoyang, Yeni duluan memutar pantatnya. Yah, posisi "missionarist" tak perlu diceritakan prosesnya kan? Anda sudah tahu. Kecuali, beberapa kali aku terpaksa menyuruh Yeni diam, agar aku dapat memompa sambil merasakan sensasi gesekan penisku pada dinding-dinding vagina Yeni. Oh ya, ada lagi yang perlu kuceritakan. Ketika aku mengambil "pause" dari gerakan memompa, dengan trampilnya Yeni memainkan bagian dalam vaginanya berdenyut-denyut teratur menyedoti penisku. Rasanya Bung! Susah digambarkan. Semacam "kompensasi" dari lubangnya yang tak begitu erat menggenggam penisku. Maklum, sering "dipakai". Bahkan sampai aku "selesai" dan rebah lemas menindih tubuhnya, Yeni masih memainkan denyutan vaginanya! Aku tak menyesali keputusanku untuk memilih Yeni dibanding Si Serba Menonjol tadi.
"Semua cewek di sana tadi service-nya memang begini ya?" tanyaku membuka kebisuan.Aku masih menindih tubuhnya, penisku masih di dalam."Engga tahu dong, Mas. Cobain aja," ada nada kurang senang yang tersirat."Bukan begitu, cuman pengin tahu aja.""Eh, bener kok Mas, Saya engga ada apa-apa. Tamu kan berhak memilih.""Mas sering ngeseks ya," kata Yeni ketika dia melepas kondom dan "memeriksa" isinya."Keluarnya dikit," sambungnya. Tahu aja lagi dia."Jangan kapok ya, Mas..!""Engga dong," Serangkaian servis yang disuguhkan Yeni memang memuaskanku."Sering-sering ke sini ya..!" Lagi-lagi ucapan basa-basi yang standar."Iya dong, kalau ada kesempatan lagi saya ke sini dan pilih kamu lagi.""Ah engga usah basa-basi, pasti Mas pengin coba yang lain kan..?" Lagi-lagi, tahu aja lagi dia.

Tamat

No telepon Panti Pijat Plus Bandung

Sekedar melengkapi informasi sebelumnya, berikut no telepon dan alamat singkat pijat plus di bandung,.. silahkan dicek dulu yah mungkin saja sudah ada yang pindah
Bunga IndahSudirman 551 022-6014113
DindaSudirman 233 022-6014587
Puri PrameswariSudirman 536 022-6036056
FlamboyanSudirman 481 022-6012317
Studio 549Sudirman 549 022-6015804
BalebumSudirman 509 B 022-6313981
99Sudirman 188A 022-6013039
Bandung SaunaCibadak 229 022-6012790
CempakaCibadak 113-115 022-420227
IndahCibadak 245 022-6013875
CitraCibadak 117 022-6031652
PurnamaCibadak 127 022-431131
RosalinaCibadak 135 022-6031631
DutaDalem Kaum 85 022-435685
Jari MasDalem kaum 96 022-436580
MelatiDalem kaum 93 022-4431319
JalasutraSetiabudi km10 022-215617
Artha PrameswariAstana Anyar 53 022-6011495
Jaya LestariAstana Anyar 338 022-5226183
Sari AyuAstana Anyar 60 022-6315948
Aloha / KristalOtto Iskandardinata 153 022-439103
Mekar JayaGaruda 46-48 022-6015923
VienadoMahmud 18 022-6076896
Garuda JayaNurtanio 47-49 022-6030713
LestariKebon Jati 137 022-6078880
PrimaKebon Jati 159 022-6014970
RembulanKebon Jati 212 022-6013568
SandraKebon Jati 256 022-6012256